News Update :

Pasir Tanjung Bira, Bukan Pasir Biasa Seperti di Kuta

Pada sekitar tahun 1974, ada seorang peneliti dari Australia yang meneliti biota laut di Tanjung Bira dan sekiatrnya. Sang peneliti tersebut tinggal selama enam bulan di Tanjung Bira, dan ternyata dia tak hanya sukses meneliti biota laut di daerah tersebut, tetapi juga menghasilkan sebuah penemuan yang tak pernah terduga sebelumnya. Yang oleh masyarakat Bira sendiri tak mengetahui adanya sebuah proses yang telah terjadi selama ratusan tahun di pantai Tanjung Bira.
Penemuan tersebut ialah tentang pasir yang terhampar di sepanjang pantai Tanjung Bira. Bahwa pasir yang menutupi permukaan sepanjang pesisir pantai, sesungguhnya bukanlah pasir asli, sebagaimana pasir yang terdapat di Pantai Kuta, Bali. Pasir yang ada di Bira, sesungguhnya adalah hasil kikisan batu karang di dasar laut selama ratusan tahun. Kikisan batu karang ini kemudian mengapung di permukaan laut, lalu dibawa obak ke pesisir, kemudian pesisir Pantai Bira ini pun akhirnya tertutup hasil kikisan karang. Istimewanya, karena pasir dari kikisan karang ini terasa dingin meskipun ditimpa panas terik matahari. Meskipun jam 12.00 siang, pasir Bira tetap saja dingin.

Dalam bahasa Konjo orang Bira disebut kacima’.
Nah, karena dinginnya pasir Bira inilah yang membuat para turis asing senang ke Bira. Selain juga banyak wisata Budaya yang bisa disaksikan di sekitar Bira, misalnya penenun sarung Bira, Ammatowa di Kajang, Pinisi milik orang Bira dan beberapa objek wisata lainnya. Dan dari Bira, jarak ke Toraja sudah tidak terlalu jauh.
Alasan utama turis asing datang ke daerah tropis seperti di Indonesia, ialah untuk mengubah warnah kulit mereka menjadi cokelat. Mengubah warna kulit itulah mereka butuh tempat berjemur di pantai untuk waktu tertentu. Bedanya dengan Bali, bila turis berjemur di Kuta Bali 14 hari, maka di Bira cukup berjemur 7 hari. Mengapa ? Sebab di Bira turis bisa berjemur dari pagi sampai sore, sedang di Bali waktu berjemur tiap hari terbatas karena panasnya pasir Kuta yang tak bisa ditahan. Turis di Kuta hanya bisa berjemur pada pagi dan sore hari.
Bagaimana prosesnya hingga terjadi kikisan karang di dasar laut ? Hamparan laut yang terletak di antara pulau Selayar dengan Tanjung Bira, di tengah-tengahnya terdapat lubang yang menganga lebar menuju dasar bumi. Lubang ini menjadi pusaran air laut. Dan sudah demikian banyak kapal dan perahu yang tenggelem dan tertelan disitu. Pada peta Amerika Serikat, di titik pusaran ini memang diberi titik merah sebagai tanda bahaya. Pusaran ini sepertinya sebagai miniatur segi tiga bermuda. Orang masyarakat setempat, tempat tersebut disebut ujungia.
Nah, arus pusaran air laut yang berputar seolah mengelilingi sumbunya inilah, yang kemudian menghasilkan kikisan karang dalam waktu yang lama, dan kikisan karang itulah yang kini menjadi pasir Tanjung Bira.
Share this Article on :
 

© Copyright Phinisi Boat 2010 -2011 | Design by Hantu Facebook | Published by Phinisi Boat | Powered by Blogger.com .