Penemuan tersebut ialah tentang pasir yang terhampar di sepanjang pantai
Tanjung Bira. Bahwa pasir yang menutupi permukaan sepanjang pesisir
pantai, sesungguhnya bukanlah pasir asli, sebagaimana pasir yang
terdapat di Pantai Kuta, Bali. Pasir yang ada di Bira, sesungguhnya
adalah hasil kikisan batu karang di dasar laut selama ratusan tahun.
Kikisan batu karang ini kemudian mengapung di permukaan laut, lalu
dibawa obak ke pesisir, kemudian pesisir Pantai Bira ini pun akhirnya
tertutup hasil kikisan karang. Istimewanya, karena pasir dari kikisan
karang ini terasa dingin meskipun ditimpa panas terik matahari. Meskipun
jam 12.00 siang, pasir Bira tetap saja dingin.
Dalam bahasa Konjo orang Bira disebut kacima’.
Dalam bahasa Konjo orang Bira disebut kacima’.
Nah, karena dinginnya pasir Bira inilah yang membuat para turis asing
senang ke Bira. Selain juga banyak wisata Budaya yang bisa disaksikan di
sekitar Bira, misalnya penenun sarung Bira, Ammatowa di Kajang, Pinisi
milik orang Bira dan beberapa objek wisata lainnya. Dan dari Bira, jarak
ke Toraja sudah tidak terlalu jauh.
Alasan utama turis asing datang ke daerah tropis seperti di Indonesia,
ialah untuk mengubah warnah kulit mereka menjadi cokelat. Mengubah warna
kulit itulah mereka butuh tempat berjemur di pantai untuk waktu
tertentu. Bedanya dengan Bali, bila turis berjemur di Kuta Bali 14 hari,
maka di Bira cukup berjemur 7 hari. Mengapa ? Sebab di Bira turis bisa
berjemur dari pagi sampai sore, sedang di Bali waktu berjemur tiap hari
terbatas karena panasnya pasir Kuta yang tak bisa ditahan. Turis di Kuta
hanya bisa berjemur pada pagi dan sore hari.
Bagaimana prosesnya hingga terjadi kikisan karang di dasar laut ?
Hamparan laut yang terletak di antara pulau Selayar dengan Tanjung Bira,
di tengah-tengahnya terdapat lubang yang menganga lebar menuju dasar
bumi. Lubang ini menjadi pusaran air laut. Dan sudah demikian banyak
kapal dan perahu yang tenggelem dan tertelan disitu. Pada peta Amerika
Serikat, di titik pusaran ini memang diberi titik merah sebagai tanda
bahaya. Pusaran ini sepertinya sebagai miniatur segi tiga bermuda. Orang
masyarakat setempat, tempat tersebut disebut ujungia.
Nah, arus pusaran air laut yang berputar seolah mengelilingi sumbunya
inilah, yang kemudian menghasilkan kikisan karang dalam waktu yang lama,
dan kikisan karang itulah yang kini menjadi pasir Tanjung Bira.