Inilah satu-satunya kapal kayu (panjang 31 meter, bobot 150 ton) yang mendapatkan penghormatan militer dari kapal induk militer Amerika USS Constelation ketika Phinisi melaju di English Bay dan berpapasan dengan kapal induk berbobot mati 80,000 Ton, terbuat dari baja dengan bertenaga nuklir, yang tengah sandar di sana. Tak pelak lagi, kehadiran Phinisi telah mengundang kekaguman seluruh awak kapal yang hadir ketika itu. Mereka tak habis pikir, bagaimana mungkin sebuah kapal kayu, bisa menempuh ribuan mil dan berhasil tiba dengan selamat di pantai barat Amerika? Bagaimana sebenarnya konstruksi kapal kayu 'made in Indonesia' ini dibuat?
Legenda
Penambahan huruf 'H' di antara huruf 'P' dan 'I' dari PINISI sehingga menjadi PHINISI adalah untuk menyesuaikan dengan lafal Inggris di Vancouver dan bagi mereka yang biasa berbahasa Inggris. Sebelum diajukan kepada presiden Soeharto, pihak Panitia telah mempersiapkan dua nama pilihan yaitu AMANNA GAPPA dan SAWERIGADING.
Amanna Gappa adalah nama seorang tokoh hukum laut legendaris dari Sulawesi Selatan di abad XVII. Kumpulan tulisannya tentang hukum laut yang diabadikan di daun lontar terkenal sampai ke Eropa.
Sedangkan SAWERIGADING menurut legenda rakyat Bugis, merupakan putera mahkota kerajaan Gowa yang jatuh cinta kepada We Tenri Abeng yang tidak lain adalah saudara kembarnya, yang sejak kecil memang dipisahkan. Maka seluruh kerabat kerajaan tentu menentangnya dan menganjurkan agar Sawerigading berlayar ke Teluk Bone dan mencari jodoh di sana. Sawerigading setuju dengan syarat agar kepadanya diberikan sebuah perahu baru.
Maka kakeknya La Toge Langi yang terkenal sakti membuatkan sebuah perahu untuknya yang selesai dalam semalam. Sang putera mahkota kemudian berlayar ke Teluk Bone dan bertemu dengan gadis cantik yang mirip dengan We Tenri Abeng.
Mereka menikah dan Sawerigading bersumpah tidak akan kembali ke kampung halamannya. Tetapi waktu berlalu dan rasa rindu kampung halaman menyebabkan dia pulang dengan perahunya, melanggar sumpahnya sendiri. Di selat Selayar perahunya pecah diterjang badai dan Sawerigading tenggelam. Perahu yang pecah tersebut terdampar di desa Ara dan dirakit kembali. Dari situlah prototipe perahu pinisi berkembang sampai saat ini.
Konstruksi
> Perahu Phinisi umumnya dibangun dengan bentuk lambung (badan perahu) yang sama yaitu berbentuk sabut kelapa atau ketimun, dilengkapi dengan 7 buah layar terdiri dari 3 layardepan (jib sails), 2 layar utama (main sails) dan 2 layar puncak (top sails).
> Ada dua kemudi guling di sisi kanan dan kiri bagian belakang yang berfungsi mengatur arah perahu, dan mengimbangi layar, menjaga kestabilan perahu. Selain itu kemudi guling juga berfungsi sebagai pengukur kedalaman perairan (depth sounder) untuk menjaga agar perahu tidak kandas. Meski pada PLM (perahu layar motor) terdapat pelat kemudi di tengah belakang baling-baling perahu, namun konstruksi guling umumnya tetap dipertahankan untuk kemudahan mengatur perahu saat pemakaian layar.
> Perbandingan panjang terhadap lebar perahu di tengah (L/B) yang relatif kecil (2,6-3,2) dan perbandingan lebar terhadap kedalaman /sarat (B/T) yang relatif besar (2,5-2,8) memberikan jaminan adanya sifat stabilitas yang baik disamping kemantapan untuk gerak dengan memakai layar yang umumnya memiliki luas yang lebih besar dari pada lateral perahu (LxT). Selain itu perbandingan panjang terhadap tinggi geladak perahu (L/H) yang relatif kecil (6,5-8) memberikan sifat kekakuan pada kekuatan memanjang.